Pendekatan Holistik Integratif
Pendekatan-pendekatan
reduksionisme melihat proses pendidikan peserta didik dan keseluruhan termasuk
lembaga-lembaga pendidikan, menampilkan pandangan ontologis maupun metafisis
tertentu mengenai hakikat pendidikan. Teori-teori tersebut satu persatu
sifatnya mungkin mendalam secara Vertikal namun tidak melebar secara
horizontal.
Peserta didik, anak manusia, tidak
hidup secara terisolasi tetapi dia hidup dan berkembang di dalam suatu
masyarakat tertentu, yang berbudaya, yang mempunyai visi terhadap kehidupan di
masa depan, termasuk kehidupan pasca kehidupan.
Pendekatan
reduksionisme terhadap hakikat pendidikan, maka dirumuskan suatu pengertian
operasional mengenai hakikat pendidikan. Hakikat pendidikan adalah suatu proses
menumbuh kembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudaya,
dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional dan global. Rumusan
operasional mengenai hakikat pendidikan tersebut di atas mempunyai
komponen-komponen sebagai berikut :
1. Pendidikan merupakan suatu proses
berkesinambungan.
Proses berkesinambungan yang terus
menerus dalam arti adanya interaksi dalam lingkungannya. Lingkungan tersebut
berupa lingkungan manusia, lingkungan sosial, lingkungan budayanya dan ekologinya.Proses
pendidikan adalah proses penyelamatan kehidupan sosial dan penyelamatan
lingkungan yang memberikan jaminan hidup yang berkesinambungan.
Proses pendidikan yang
berkesinambungan berarti bahwa manusia tidak pernah akan selesai.
2. Proses pendidikan berarti
menumbuhkembangkan eksistensi manusia.
Eksistensi atau keberadaan manusia
adalah suatu keberadaan interaktif. Eksistensi manusia selalu berarti dengan
hubungan sesama manusia baik yang dekat maupun dalam ruang lingkup yang semakin
luas dengan sesama manusia di dalam planet bumi ini. Proses pendidikan bukan
hanya mempunyai dimensi lokal tetapi juga berdimensi nasional dan global.
3. Eksistensi manusia yang
memasyarakat.
Proses pendidikan adalah proses
mewujudkan eksistensi manusia yang memasyarakat. Jauh Dewey mengatakan bahwa
tujuan pendidikan tidak berada di luar proses pendidikan itu tetapi di dalam
pendidikan sendiri karena sekolah adalah bagian dari masyarakat itu sendiri.
Apabila pendidikan di letakkan di dalam tempatnya yang sebenarnya ialah sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia yang pada dasarnya adalah
kehidupan bermoral.
4. Proses pendidikan dalam
masyarakat yang membudaya.
Inti dari kehidupan bermasyarakat
adalah nilai-nilai. Nilai-nilai tersebut perlu dihayati, dilestarikan,
dikembangkan dan dilaksanakan oleh seluruh anggota masyarakatnya. Penghayatan
dan pelaksanaan nilai-nilai yang hidup, keteraturan dan disiplin para
anggotanya. Tanpa keteraturan dan disiplin maka suatu kesatuan hidup akan bubar
dengan sendirinya dan berarti pula matinya suatu kebudayaan.
5. Proses bermasyarakat dan
membudaya mempunyai dimensi-dimensi waktu dan ruang.
Dengan dimensi waktu, proses
tersebut mempunyai aspek-aspek historisitas, kekinian dan visi masa depan.
Aspek historisitas berarti bahwa suatu masyarakat telah berkembang di dalam
proses waktu, yang menyejarah, berarti bahwa kekuatan-kekuatan historis telah
menumpuk dan berasimilasi di dalam suatu proses kebudayaan. Proses pendidikan
adalah proses pembudayaan. Dan proses pembudayaan adalah proses pendidikan.
Menggugurkan pendidikan dari proses pembudayaan merupakan alienasi dari hakikat
manusia dan dengan demikian alienasi dari proses humanisasi. Alienasi proses
pendidikan dari kebudayaan berarti menjauhkan pendidikan
dari perwujudan nilai-nilai moral di
dalam kehidupan manusia.